3 Mei 2025 - 22:31
Source: Parstoday
F-18 Kedua Rontok; Dunia Tercengang, Washington Takut Kalah Militer-Teknologi Menghadapi Yaman

Dengan merontokkan F-18 Amerika kedua, Yaman, yang dipimpin oleh Ansarullah, tampaknya telah berhasil menantang aturan pertempuran tradisional meskipun adanya blokade ekonomi, kurangnya peralatan canggih, dan perang selama beberapa dekade.

Rontoknya jet tempur canggih kedua Amerika F/A-18 Super Hornet di Laut Merah dalam kurun waktu kurang dari 6 bulan bukanlah sebuah “insiden teknis”, melainkan sebuah tanda perubahan besar di medan perang.

Menurut laporan Pars Today, peristiwa yang awalnya diiringi narasi resmi Washington tentang “kesalahan internal” atau “kecelakaan tak disengaja” ini menjadi modal untuk mengungkap kontradiksi media dan militer AS. Analis dan pengguna media sosial, dengan mengacu pada hukum fisika dan bukti lapangan, telah menolak klaim AS dan menegaskan bahwa jatuhnya pesawat itu merupakan akibat dari serangan langsung pasukan Yaman. Namun, mengapa Washington takut mengakui fakta ini? Jawabannya terletak pada perubahan paradigma perang oleh perlawanan Yaman.

1. Perlawanan Yaman: Dari Perang Asimetris hingga Definisi Ulang Aturan Perang

Yaman, yang dipimpin oleh Ansarullah, telah berhasil memporak-porandakan aturan perang tradisional meskipun ada blokade ekonomi, kurangnya peralatan canggih, dan perang selama puluhan tahun. Dengan menggunakan taktik berbiaya rendah dan inovatif seperti pesawat nirawak, rudal balistik, dan operasi kejutan, Gerakan Ansarullah telah mencapai keuntungan signifikan tidak hanya terhadap koalisi Saudi-Emirat, tetapi juga saat menghadapi angkatan laut dan udara AS di Laut Merah.

Peta Geopolitik Baru

Dengan menargetkan kapal-kapal komersial dan militer AS dan Israel di Laut Merah, Yaman secara efektif telah menantang kendali salah satu jalur laut paling vital di dunia bagi kedua rezim yang menindas ini. Tindakan-tindakan ini telah membebankan biaya ekonomi yang besar pada AS dan sekutunya dan telah menunjukkan bahwa bahkan kelompok perlawanan lokal dapat membuat negara adikuasa seperti Amerika Serikat bertekuk lutut.

Teknologi vs Kreativitas

Sementara Amerika Serikat menghabiskan miliaran dolar setiap tahunnya untuk jet tempur canggih seperti F-18, Yaman telah mampu menciptakan sistem ofensif dan defensif yang efektif menggunakan rudal buatan Iran atau yang direkayasa ulang. Kecelakaan F-18 adalah contoh kedua dari fakta bahwa teknologi canggih rentan terhadap taktik yang tidak konvensional.

2. Mengapa AS Takut Mengakui Kekalahan?

Gengsi Militer

Mengakui bahwa jet tempur senilai $60 juta ditembak jatuh oleh pasukan Yaman akan memberikan pukulan telak bagi aura tak terkalahkan militer AS. Hal ini tidak hanya akan menurunkan moral tentara Amerika, tapi juga dapat menginspirasi kelompok perlawanan lain di wilayah tersebut.

Krisis Kredibilitas Media

Narasi resmi Washington selalu menekankan "keunggulan teknologi" dan "kecakapan operasional" militer AS. Mengungkap ketidakmampuannya untuk menghadapi kelompok perlawanan lokal akan menantang media Barat dan menimbulkan pertanyaan serius tentang transparansi laporan militer.

Khawatir Perlawanan Makin Intens

Mengakui peran Yaman dalam jatuhnya F-18 secara efektif berarti Ansarullah mengakui perubahan dalam aturan perang. Hal ini dapat mendorong kelompok perlawanan lain untuk mengikuti model Yaman dan meningkatkan biaya kehadiran militer AS di wilayah tersebut.

3. Analisis Militer: Mengapa strategi AS di Yaman Gagal?

Terlalu Bergantung pada Kekuatan Udara

Washington telah mencoba membendung Ansarullah selama bertahun-tahun dengan mengandalkan serangan udara, tapi pengalaman perang selama 10 tahun telah menunjukkan bahwa metode ini bukan hanya tidak efektif, tapi juga telah memperkuat moral perlawanan Yaman. Bahkan media Amerika telah mengakui bahwa serangan udara telah gagal mengurangi kekuatan militer Ansarullah.

Mengabaikan Realitas Lapangan

Militer AS dan sekutunya menganggap Yaman hanya sebagai "perang proksi" dengan Iran, sementara Ansarullah berakar pada tatanan sosial dan agama Yaman dan telah memperoleh dukungan rakyat yang signifikan. Dengan menguasai sebagian besar wilayah Yaman utara, gerakan ini secara efektif menjadi "negara-bangsa" yang tidak dapat dihancurkan oleh pemboman.

Biaya Ekonomi dan Politik

Menurut laporan, biaya operasi militer AS di Yaman telah mencapai $1 miliar hanya dalam tiga minggu, tanpa menghasilkan hasil nyata apa pun. Sementara itu, Yaman menimbulkan kerusakan berat pada infrastruktur musuh dengan biaya yang dapat diabaikan.

4. Implikasi Strategis: Mendefinisikan Ulang Konstelasi Kekuatan di Timur Tengah

Memperkuat Poros Perlawanan

Keberhasilan Yaman tidak hanya memperkuat posisi Iran sebagai pendukung utama Front Perlawanan, tapi juga memberikan model bagi kelompok-kelompok seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Palestina. Hal ini telah meningkatkan kekhawatiran rezim Zionis dan sekutu-sekutu Arabnya.

Hegemoni Amerika Melemah

Ketidakmampuan Washington untuk menghadapi perlawanan Yaman telah mengungkap kesenjangan antara klaim kekuasaannya dan kenyataan di lapangan. Hal ini dapat menyebabkan penurunan pengaruh Amerika di kawasan dan negara-negara beralih ke aktor-aktor lain seperti Iran, Cina, dan Rusia.

5. Dunia Pasca-Amerika dan Kelahiran Paradigma Baru Perlawanan

Penembakan F-18 AS kedua di Laut Merah bukan sekadar peristiwa militer, tetapi juga simbol transisi ke era baru perangan asimetris. Perlawanan Yaman telah membuktikan bahwa dengan kreativitas, fleksibilitas, dan ketergantungan pada taktik berbiaya rendah, adalah mungkin untuk memaksa negara adikuasa mundur. Dengan terus menyangkal fakta ini, AS bukan hanya akan kehilangan posisi sok penting sebagai "polisi ketertiban Amerika" tetapi juga akan menyaksikan penulisan ulang aturan perang oleh para aktor yang pernah dianggap "lemah".(sl)

342/

Your Comment

You are replying to: .
captcha